Update Berita :

Ada Apa dengan Dakwah Kita

01 March 2010

Setiap individu tentu mengharapkan apa yang menjadi tujuan hidupnya tercapai. Ada yang berharap lulus tes masuk suatu perusahaan terkemuka, menjadi guru teladan, memakai mobil mewah atau jalan-jalan ke luar negeridan berbagai harapan yang menjadikan terhormat di hadapan manusia, ada juga yang menghiasi kepribadiannya dengan nuansa ibadah untuk menarik perhatian orang-orang yang ada di sekitarnya. Wallohu”alam

Hanya alloh yang lebih tahu akan setiap isi hati manusia.

Tak terlepas dari hal itu para aktivis pun berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan, menebar ajaran islam dari kota hingga pelosok negeri melalui tahapan-tahapan dakwah sesuai dengan situasi dan kondisi demi menjemput kejayaan islam di muka bumi ini, kejayaan islam pasti datang hanya saja kita tidak tahu kapan waktunya. Akan tetapi semuanya memerlukan proses, rasululloh saja manusia pilihan hingga dapat menebarkan islam ke seluruh permukaan bumi memerlukan waktu 23 tahun. Untuk menanamkan tauhid diperlukan waktu 13 tahun sehingga iman kokoh tertancap dalam hati setiap pemeluk agama islam dengan pengorbanan jiwa,tetesan darah, harta yang tak terhitung. Lalu bagaimana dengan kita?

Sudah sejauh manakah pengorbanan kita untuk dakwah?

Namun, yang menjadi pertanyaan besar sudah ikhlaskah kita berjuang di jalan alloh melalui dakwah dengan berbagai pengorbanan yang tak terhitung?

Sudah pantaskah kejayaan islam berjumpa dengan kita?

Pada esensinya, dakwah adalah tentang bagaimana melunakkan hati. Seorang laki-laki perkasa seperti umar bin khattab r.a. tidaklah beriman karena keperkasaan fisiknya dikalahkan, melainkan hatinya telah ditaklukan dengan lantunan ayat-ayat al-quran.

Maka, seorang aktivis/dai senantiasa dapat menghidupakan hatinya sebelum menaklukan hati orang lain. Sebagaimana rosululloh saw., memberi isyarat dengan hidup dan mati, maka bagaimana mungkin orang yang mati akan menghidupkan sedang yang hidup saja belum tentu mampu menghidupkan.

Rosululloh saw., bersabda, “perumpamaan orang yang selalu berdzikir ( mengingat ) alloh dengan orang-orang yang tidak mrngingat alloh adalah seperti yang hidup dan yang mati.” (HR. Bukhari )



Abbas as sisiy mengingatkan, “hal yang terburuk pada diri seorang dai adalah jika batinnya bertentangan dengan lahirnya.”

Maka, untuk membeningkan hati, dekatilah sang pemilik hati

ketika alloh telah dekat dengan kita, maka hati kita menjadi bersinar, tulus dan ikhlas, lisan kita berkesan penuh ruh sehingga orang yang mendengarnya tergugah untuk lebih dekat dengan alloh, sorot mata yang menyejukkan, akhlak yang menentramkan, dan seruan dakwah kita akan didengar karena telah menyentuh hati mereka. Pepatah mengatakan bahwa hati itu harus di sentuh dengan hati pula, maka dari itu kita seharusnya ingat akan hal itu.

lalu bagaimana caranya?

Caranya adalah dengan memperbanyak dzikir, ibadah wajib, ibadah sunah dan menghindari dosa serta semuanya itu di evaluasi dan terus disempurnakan

Rosululloh saw., bersabda, “bahwasannya alloh swt., telah berfirman: barangn siapa yang memusuhi orang yang setia pada-ku, maka sesungguhnyaaku telah menyatakan “perang” terhadanya. Dan tidakklah seorang hamba-ku mendekatkan diri pada-kudengan sesuatu yang aku sukai seperti ia melaksanakan ibadah wajib yang aku perintahkan. Dan hamba-ku mendekatkan dirinya dengan ibadah-ibadah sunah sehingga aku mencintainya. Dan apabila aku telah mencintainya, maka aku menjadi pendengarannya apabila ia mendengar, menjadi penglihatannya ketika ia melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berjuang, menjadi kakinya ketika ia melangkah. Dan apabila ia meminta kepada-ku, pasti aku kabulkan. Dan jika ia meminta perlindungan kepada-ku, pasti aku lindungi” ( HR. Mukhari )

Sungguh indah sekali apabila kita telah benar-benar mendekat pada-NY, maka katakanlah dengan penuh cinta, ekspresi cinta yang tulus, lahir dari hati yang bersih. Cinta yang tulus akan tampak secara zhahir dalam bentuk ekspresi wajah yang cerah, sikap simpatik,dan respon yang postif terhadap orang-orang di sekeliling kita.

Dari abu dzar r.a., ia berkata bahwa rosululloh saw., bersabda, “janganlah sekali-kali kamu meremehkan kebaikan meskipun itu berupa keceriaan wajah tatkala bertemu saudaramu.” ( HR. Muslim )

Seperti kata Hasan Al-Bana, “Dari seorang mujahid, anda dapat membaca pada raut wajah dan kilauan matanya, dan mendengar dari gerakan lidahnya semua yang bergelora di dalam hatinya, kesengsaraan yang ada di dalam hati, semua tujuannya yang benar dan bersungguh-sungguh pelaksanaannya, cita-citanya tinggi dan sasarannya jauh untuk memenuhi jiwanya.”

Sudah sepantasnya kita meluangkan waktu sejenak dalam setiap hari untuk merenungkan kembali apa yang sudah kita lakukan dan merenopasi semua amalan kita selama ini. Koreksi kembali setiap aktivitas dakwah kita atau amal ibadah yang dilakukan. Apakah sudah benar-benar lurus karena alloh atau untuk mencari sanjungan manusia semata?

Karena tidak sedikit orang yang melakukan segala cara untuk memperoleh jabatan, popularitas ataupun ketika beribadah, hanya untuk pujian makhluk. Padahal amal ibadah kita bisa hancur lebur seandainya kita merasa senang dengan pujian itu.



Hati-hatilah dengan segala bentuk pujian, sekiranya ada yang memuji maka kembalikanlah segera kepada alloh dan beristighfar, insyaalloh dengan demikian kita terhindar dari penyakit ujub ( merasa diri lebih dari yang lain )

Hati-hati juga karena hal itu dapat menjurus pada riya dan jikalau riya sudah mencampuri amal, akan membatalkan amalan itu. kemudian bisa menjadikannya terhijab dari cahaya alloh swt., sebagaimana firman-nya “……maka barang siapa yang mengharap pertemuan dengan rabbnya, maka hendaklah ia mengamalkan amal yang shalih dan jangan menyekutukan rabbnya dengan seseorang dalam beribadah.” ( QS 18:110 )

Cukuplah alloh tempat kita berharap, karena alloh sajalah yang menentukan segala-galanya dan diri kita pun miliknya kita tak mempunyai apa-apa. Tidak layak kita merasa bangga dengan amal yang diperbuat, karena segala amal mutlak atas kekuasaan alloh dan rahmatnya. Taubat dan syukur harus selalu diperbuat dan diperbaharui agar terhindar dari penyakit riya.

Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu mengevaluasi setiap amalan yang telah diperbuat dan berhati-hati dalam menyikapi pujian, mari kita menjaga setiap amalan kita dengan selalu introspeksi dan saling menasehati dalam setiap aktivitas amalan kita sehingga setiap aktivitas kita terjaga dari penyakit riya dan selalu bersih hanya untuk alloh saja tiada yang lain.

Kosan Assalam GunungRoay, 22 Juni 2009
Raih Amal Sholeh Bagikan Artikel Ini :

0 comments:

 

© Copyright 2012 LDK KISI | Sahabat Semua | Design Edit By LDK KISI | Powered By Blogger