Update Berita :

11 January 2010

SYIMPOSIUM INTERNASIONAL
4Th From Jakarta To Gaza Strip
"Education as One Step for Doing Gaza's Reconstruction"
9-10 Januari 2009, Universitas Indonesia



Amal Younis mengomentari sebuah poster yang berwarna. Di dalamnya ada beberapa kotak persegi empat kecil-kecil. Yang pertama ada gambar seekor kelinci putih yang cantik, dan yang ketiga ada gambar buah apel yang merah.. dan di dalam kotak nomor lima seekor unta yang sedang duduk dengan punggungnya yang besar.. dan terdapat seorang guru wanita khusus anak-anak yang ditangannya –seakan- sedang menulis huruf abjad dan diiringi dengan gambar-gambar. Dia mencoba untuk mengembalikan memori anak-anak pada pelajaran yang ingin mereka ulang setelah dihempaskan oleh perang yang keji dan panjang dari kursi pelajaran mereka.

Suaranya memekik: “Wahai anak-anak yang manis dan yang pandai, coba sebutkan bersama-sama: A, (….)…” Suara anak-anak pun menggema di tempat tersebut mengikuti ucapan gurunya. Lalu guru tersebut memilih salah seorang dari muridnya, pilihannya jatuh pada seorang yang bernama Amjad, “Seorang anak yang sedang duduk dengan rapi dan tenang”

Lalu guru tersebut menepukkan tangannya untuk memberikan pujian, namun tiba-tiba anak tersebut berujar: “.. A.. Apache (pesawat perang)..”… sang guru terkejut sambil terkagum sehingga senyumnya tampak di wajahnya. Lalu sang guru berusaha mengembalikan kata dari huruf “Alif” pada makna yang sebenarnya “Arnab” (kelinci), namun Amjad bersikeras pada kosa kata baru tersebut.

Sementara itu anak yang lainnya dengan gembira berseru: “A … Apache F-16″ setelah itu dirinya tertawa dengan keras dan merasa tidak bersalah karena dirinya masih kecil.
A; Apache F-16, Asyla; tubuh yang tercerai berai, Sharukh; roket, qadzifah; misil, Dababah; mobil tank, Dima’;darah, Muhriqah; holocaust,
Harb;perang, Dimar; kehancuran,

Kosa kata (kamus) baru yang dibuat dari alfabet arab keluar dari pikiran anak-anak di Gaza. Ide ini terbentuk selama beberapa pekan sejak agresi yang keji dan mengerikan berlangsung, perang yang melanggar berbagai ketentuan; kemanusiaan, hukum dan militer. Saat mereka bangun dari tidur telah melihat darah berceceran di dalam kamarnya, peluru-peluru yang menembus kepala saudara-saudara mereka dan keluarga mereka … Dan dikejutkan oleh suara kematian sehingga hati-hati seakan meloncat karena ketakutan.

Perang tidak hanya meninggalkan ribuan korban yang tidak berdosa. Namun juga menyisakan pengaruh besar terhadap anak-anak, sehingga mereka menjadi takut dan seakan telah beranjak pada usia dewasa sekalipun tubuh mereka masih kecil dan kurus.

Alaa Syawa, seorang anak perempuan berusia enam tahun tidak lagi percaya kepada ibunya pada saat bercerita di malam hari tentang kisah yang menarik, kadang dia memotong cerita ibunya dengan mengatakan: “Mama … .. pohon sudah mati dan mobil tank lapis baja telah menghancurkan rumah .. bahkan Laila tidak dimakan oleh srigala .. tapi dimakan oleh penjajah!” Bahkan saudaranya yang bernama Samir melemparkan permainannya jauh-jauh dan memberitahukan kepada saudara perempuannya bahwa Israel akan memenggal kepala mereka.

Adapun Faras As-Sayyid, seorang anak yang masih berumur tiga tahun ketika mendengar dentuman keras dia berteriak: “Mama… ada serangan datang”, demikian cerita ibunya kepada Islamonline: Faras dan anak-anak lainnya jadi tidak banyak bicara kecuali dengan bahasa perang terpengaruh oleh kondisi yang sedang terjadi: “Qashafun;serangan, thairun;pesawat tempur, sharukh; roket, Pushfur Abyadh; bom phospor putih… inilah pembicaan mereka sepanjang hari”.

Mungkin hal ini terjadi di Jalur Gaza saja, Anda dapat mendengarkan anak berumur empat tahun atau bahkan kurang dari itu, ketika berbicara dengan Anda mengenai jenis pesawat terbang militer, dan mereka dapat
membedakan antara suara ini dan itu.

Dan ditengah kota yang hancur Anda tidak akan menemukan anak-anak sedang asyik bermain sepak bola, atau anak kecil wanita membawa boneka pengantin sambil membawa sisir untuk menyisirkan rambut boneka tersebut… namun, akan anda dapati dari merek yang berusaha mengumpulkan kayu-kayu yang berserakan untuk dapat menyalakan api di samping rumahnya yang hancur… sementara yang lainnya mencari buku-bukunya yang tercabik-cabik, sementara anak yang ketiga mencari apa yang bisa diselamatkan dari perabot dan perkakas rumah mereka.

Di mana burung?

Mungkin akal mereka berat karena kecapekan dan takut akan melupakan fikiran mereka tentang domba yang indah dan kelinci yang cantik, dan tidak dapat dibayangkan fikiran mereka dapat menggambarkan langit yang berwarna biru nan indah.

Said adalah seorang anak yang masih berusia 9 tahun berkata kepada seorang guru menggambar sesudah diperlihatkan tentang laut hitam: “warna ini terjadi oleh karena perang”. Adapun kawannya As’ad, memberitahukan kepada gurunya bahwa hewan-hewan hanyalah kebun dan burung-burungnya banyak yang telah mati. Karena itulah dia membawa sangkar yang kosong.

Kamus alfabet baru yang dibuat secara sempurna oleh “Shaima” anak perempuan berusia sepuluh tahun, siswa sekolah dasar Kairo di Kota Gaza. Shaima berujar kepada gurunya bahwa ide pembuatan kamus terinspirasi oleh peristiwa yang terjadi di sekitarnya, dan menegaskan bahwa perang terjadi saat ini telah membuat sebuah kamus dari kosa kata dan kata-kata baru dan karakter khusus yang berbeda dengan anak-anak lain di dunia ini.

Kamus Baru
Shaima meluncurkan kamusnya yang diberi nama “Kamus Abjadiyah setelah perang di Gaza.” Dan memulai kamusnya dengan huruf:
”A”: “Apache”, (pesawat tempur), Akhbarun (berita-berita), Is’afun (ambulans), Ikhtinaqun (pencekikan), ightiyalun (pembunuhan).
”Ba”: Bawariju (warships), Bunduqiyatun (senjata).
”Ta”: Tasywisyun (kemacetan), Ta’dzibun (penyiksaan).
”Tsa”: Tsa’run (dendam), Tsauratun (revolusi).
”Ja”: Jarihun (luka), Junudun (prajurit), Jaisyun (tentara).
”Ha”: Harbun (perang), Hariqun (kebakaran), Hajarun (batu).
”Kha”: Kharabun (pemusnahan), Khaimatun (tenda), Khaibatu amalin (kegagalan cita-cita, kekecewaan).
”Da”: Dababatun (mobil tank lapis baja), Dimarun (kerusakan), duru’un (tameng).
”Dza”: dzalla (menyerah).
”Ra”: Rukamun (reruntuhan), Ruhun Thahirah (jiwa yang suci).
”Za”: Zananah (pesawat pengintai), zawariq harbiyah (perahu militer/kapal perang).
”Sa”: Silahun (senjata), Saifun (pedang)
”Sya”: Syahidun (syahid), Sya’bun hazinun (bangsa yang menderita/sedih), Syazhaya (pecahan peluru).
”Sha”: Shaarukh (roket), Shahafiyun (wartawan).
”Tha”: Thairah Helikopter (pesawat helikopter), Thakh (barisan), Thairah F 16 (pesawat F-16).
“Zha”: Zhuruf Sha’bah (kondisi sulit), Zhalamun (kegelapan), Zhulmun (ketidakadilan).
” ‘A”: ‘Arabun (Arab), ‘Ajilun (urgen).
”Gha”: Ghaza (Gaza), Gharah (serangan tiba-tiba), Gharadun.
”Fa”: Fusfur (phosphorous/senjata terlarang berbahan kimia).
”Qa”: Qashafa (di bom), Qanabilun (bom), Qimmatun (puncak/tingkat tinggi), Qassam (Brigade Qassam)
”Ka”: Kursiyun mutaharrikun (kursi roda).
”La”: Laghmun (mines), Lifni (Livni/menteri luar negeri Israel).
”Ma”: Murasilun (koresponden), Marwahiyyat (helicopter), u’tamarun (Konferensi), Muamarah (konspirasi), Ma’bar (persimpangan/perbatasan), Madfa’un (senapan/pertahanan), Majzaratun (pembantaian/holocaust).
”Na”: Nawawiyun (Nuklir), Nafaqun (terowongan).
”Ha”: Hadnah (Perdamaian/gencatan), Hawun (lesung).
”Wa”: Wathanun (tanah air), Wakalatul ghauts (badan bantuan).
”Ya”: Yahudiyun (orang-orang Yahudi).

Perubahan kurikulum
Shaima mengusulkan untuk mengubah kurikulum TK dan memasukkan kosa kata ini di kelas-kelas persiapan dan menambahkan: “Bahwa nanas, taman, kelinci..” tidak bermanfaat lagi di masa perang namun yang diperlukan adalah “Apache, F 16, dan bom pembakar…”.

”Fadl Abu Hein,” Direktur Pusat rehabilitasi berbasis masyarakat dan pengelolaan krisis di Kota Gaza mengatakan kepada “Islamonline.net”: “Bahwa hadirnya anak-anak dengan menggunakan kosa kata ini hanya sebuah refleksi dari kenyataan dan realita yang menyakitkan yang dialami pada beberapa minggu yang lalu”. Dia menambahkan: “Tentu, secara natural, anak akan lupa pada semua gambar yang indah-indah dan kosa kata yang menyejukkan dan menenangkan, dan diganti dengan kosa kata lainnya yang lebih keras menceritakan tentang darah dan perang, .. karena seorang anak lahir dari lingkungannya, dan anak lahir dari apa yang dia saksikan dan apa yang didengar yang mencerminkan secara psikologis terhadap agresi.”

Abu Hein mengatakan bahwa anak-anak Palestina di luar dari anak-anak yang ada di dunia berbicara dengan bahasa orang dewasa dari usianya oleh karena perang yang membuatnya memiliki bahasa dan permainannya seperti itu bahkan hingga pandangannya terhadap masa depan.

Abu Hein mengatakan bahwa anak-anak Gaza sangat membutuhkan rekreasi intensif bermuatan program-program pendidikan, minimal dapat meringankan pikiran yang telah tersimpan dalam memori mereka dan fikiran tentang gambaran hitam di sekitar mereka.

Lembaga dan asosiasi swasta pada beberapa minggu pertama ini sudah melakukan kegiatan hiburan untuk menghilangkan fikiran-rikiran dan memori yang melelahkan mereka.

Departemen Pendidikan dan kebudayaan juga telah melakukan kegiatan hiburan dan seni budaya di sekolah-sekolah di Gaza, departemen tersebut menyatakan akan berusaha keras untuk mengatasi rasa sakit dan penderitaan anak-anak di Jalur Gaza dan melanjutkan aksi pendidikan dengan pikiran-pikiran bersih dan jernih dan objek yang ramah.

Dari jumlah penduduk Gaza, 60% nya adalah anak-anak, dan pada saat terjadi peristiwa intifadhah Al-Aqsha yang kedua tahun 2000, sekitar 1000 anak-anak yang terbunuh, dan pada saat terjadi perang dan agresi keji militer zionis atas Jalur Gaza, -yang berlangsung 22 hari- sekitar 412 anak-anak terbunuh, dan yang termuda adalah bayi yang berumur tidak lebih dari sebulan.

Salah satu solusi konkret untuk memerdekakan paletina tidak lain adalah dengan pendidikan. di tengah kecamuk perang dan dentuman bom di sebuah kota kecil di beit lahiyya walikota nya telah mewisuda sekitar 600 Hafidh Qur'an selama juli-September 2009 mulai dari usia 10-20 Tahun.ini adalah fenomena akan kemengan palestina. ungkap Anggota KNRP yang terjun langsung ke jalur Gaza.
Sementara itu Wakil menteri pendidikan Nasional RI menyatakan"Siap membantu bagi mahasiswa palestina untuk bersekolah di Univeritas universitas di Indonesia melalui beasiswa pendidikan".
acara ini kemarin dilaksanakan 9-10 Januari 2010, dengan menghadirkan pembicara :
  1. Syeikh Masjid Al Aqsha
  2. Fariz Mehdawi (Dubes Palestina)
  3. Aydin Evirgen (Dubes Turki)
  4. Muzammil Yusuf (Komisi I DPR RI)
  5. Dr. R. M. Marty M. Natalegawa (Menteri Luar Negeri RI)
  6. Fasli Djalal (Dirjen Dikti Depdiknas RI)
  7. Mahasiswa Palestina
  8. Soeripto, SH (pengamat Timur Tengah)
  9. Firtra Ratori (wartawaan senior TVOne)
  10. dr. Basuki Supartono (Bulan Sabit Merah Indonesia)
With :
  1. Dude Herlino (Artis Indonesia)
  2. Azam (Pemain Film KCB)
  3. Shoutul Harakah
  4. Izatul Islam
  5. IRA
Melalui kegitaan Syimposium Ini menurut ketua pelaksana "mudah mudahan kita selaku Mahasiswa (FSLDK)/.red melalui kegiatan ini taget utama adalah menyalurkan bantuan sebanyak 340.000.000 dari FSLDK se-Indonesia kepada rakyat palestina melaui KNRP dan Bulan Sabit Merah. serta memberikan beasiswa bago mahasiswa palestina untuk melanjutkan study di Universitas-universitas di Indonesia." (Wahyudin)




Raih Amal Sholeh Bagikan Artikel Ini :

0 comments:

 

© Copyright 2012 LDK KISI | Sahabat Semua | Design Edit By LDK KISI | Powered By Blogger