Rasulullah saw. Lahir pada hari Senin tanggal 12
Rabi’ul Awwal tahun Gajah, bertepatan dengan 20 April 571 M., yaitu pada akhir
abad ke-6 Masehi.
Para ahli sejarah berselisih pendapat tentang
wafatnya Abdullah, ayahanda Rasulullah saw.; apakah ia wafat sebelum Rasulullah
saw. Lahir ataukah setelah beliau lahir? Ada dua pendapat yang muncul. Pendapat
pertama, Abdullah wafat saat Rasulullah saw. Masih dalam kandungan. Adapun
pendapat kedua menyebutkan bahwa Abdulllah wafat pasca kelahiran Rasulullah
saw., dan beliau sudah menginjak usia tujuh bulan. Namun, dari dua pendapat
yang beredar tersebut, pendapat pertama adalah yang paling shahih.
Setelah lahir, Rasulullah saw. Disusui oleh
ibunya, Aminah binti Wahab. Kemudian berliau disusui oleh Tsuwaibah
Al-Aslamiyah; budak perempuan Abu Lahab, yang juga menyusui paman Muhammad yang
bernama Hamzah. Tsuwaibah adalah budak Abu Lahab yang dimerdekakan karena ia
membawa kabar gembira kepada Abu Lahab tentang kelahiran Nabi Muhammad saw..
Telah menjadi tradisi di kalangan bangsawan Arab,
mereka selalu menyusukan bayi-bayi mereka kepada perempuan-perempuan pedalaman.
Saat itu yang terkenal akhli menyusui adalah Bani Sa’ad. Selama masa penantian atas
kedatangan perempuan-perempuan Bani sa’ad, Muhammad berada dalam susuan
Tsuwaibah Al-Aslamiyah. Setelah beberapa hari Muhammad disusukan kepada
Tsuwaibah, maka datanglah perempuan-perempuan pedalaman itu. Mereka lalu
mengambil bayi-bayi Makkah untuk disusui dengan mengharap upah dari ayah bayi
yang disusuinya. Perempuan-perempuan pedalaman itu menolak menyusui Muhammad
saw., karena mereka tahu bahwa Muhammad saw. Adalah anak yatim.
Setiap ibu susuan telah mendapatkan bayi untuk
mereka susui, kecuali Sayyidah Halimah As-Sa’diyah. Dia adalah perempuan dari
golongan bani Sa’ad bin Bakr dari kabilah Hawazin yang bertempat tingga di
sebuah lembah dekat Makkah. Ia tidak mendapatkan satu bayi pun untuk disuse,
sementara yang tersisa hanyalah bayi Muhammad saw.. maka gelisahlah ia karena
ragu untuk membawa bayi itu. Akhirnya, setelah bermusyawarah dengan suaminya
(Abu Kabsyah), Halimah mengambil Muhammad saw. Untuk disusui dengan harapan
semoga Allah swt. Memberi barakah kepada keluarga mereka berkat Muhammad saw..
Memang benar, Allah swt. Telah menjadikan
keputusan Halimah itu sebagai perbuatan yang bijaksana sekaligus kunci
keberkahan dan keridhan untuknya. Allah swt. Benar-benar mengabulkan harapan
tersebut dengan mengganti semua kesusahan mereka dengan kebahagiaan. Air susu
Halimah menjadi deras, padahal sebelumnya tidak pernah mencukupi untuk anaknya.
Bersamaan dengan itu, unta tua milik mereka ternyata juga penuh dengan air
susu, hingga mereka menjadi puas dan kenyang olehnya. Selain itu, kambing
Halimah juga selalu dalam keadaan kenyang dan penuh air susunya, padahal pada
tahun itu tanah di kampong pedalaman sedang dalam kondisi sangat gersang.
Selama Muhammad saw. Berada dalam kelaurga halimah, mereka senantiasa menuai
kebaikan dan keberkahan.
(Dr. Ali Jumu’ah-Mufti besar Mesir- dalam buku
“Mengungkap Dimensi Keabadian sang Nabi dalam Perspektif Injil dan Barat)
Dahsyaat, sahabat coba tengok Rasulullah semasa
beliau lahir dan diurusi oleh Haliamah, beliau sudah menjadi keberkahan bagi
Halimah dan kelurganya. Begitu istimewanya Rasulullah saw. Langsung di
Istimewakan oleh Sang Maha Cinta yakni Allah swt.
Nah kia tengok diri kita seberapa pengaruhkan diri
ini dari semasa lahir sampai sekrang? Apakah kita sudah menjadi keberkahan
keluarga kita?
Coba renungkan!
-Semangat perbaiki diri-