Tapi
Alloh selalu torehkan Pelangi disetiap badai, rekahkan Tawa disetiap
Derai Air Mata, dan berikan Jawaban atas segala Do’a.”
Kehidupan,
ibarat sebuah jalan raya yang tidak pernah terlepas dari hambatan
lalulintas, mulai dari kemacetan, kebisingan, jalanan rusak, hingga
tikungan tajam yang sebenarnya membantu dan mengajarkan kita untuk tetap
terjaga serta meningkatkan kewaspadaan selama perjalanan. Sama halnya
dengan kehidupan yang kini tengah kita arungi, tidak akan pernah
terlepas dari cobaan dan ujian yang datang silih berganti, yang akan
menguji seberapa besar kekuatan pertahanan keimanan kita. Seandainya
pertahanan kita baik, maka akan Teguhlah kita di jalan_Nya dan sampailah
kelak ke Jannah_NYa. Namun jika pertahanan kita buruk, maka celakalah
kita dan Neraka lah tempat kembali.
Manusia itu ibarat
sebuah telur, Jika sebuah telur dipecahkan oleh kekuatan dari luar, maka
kehidupan didalam telur akan berakhir. Tapi... Jika sebuah telur
dipecahkan oleh kekuatan dari dalam,maka kehidupan baru telah lahir.
Inilah salah satu alas an mengapa tarbiyah (pembinaan) sangat
diperlukan, guna membentuk pertahanan dan jati diri. Karena sesungguhnya
semua hal berawal dari diri sendiri, begitu pula dengan hal-hal besar,
selalu dimulai dari dalam. Maka dari itu, pertahanan yang baik itu,
ya..pertahanan yang berasal dari dalam diri (keImanan).
Tarbiyah Jama’iyah (mungkin anda pernah mendengarnya..?? mungkin tidak asing di telinga anda..??)
Tarbiyah
Jama’iyah merupakan salah satu metode tarbiyah, dimana tarbiyah ini
dilakukan secara kolektif (bersama-sama). Proses Tarbiyah Jama’iyah ini
biasanya berlangsung di forum-forum umum, seperti di masjid, keluarga,
sekolah, media informasi, hubungan persahabatan, dan berbagai kegiatan
lainnya, dimana seseorang tertarbiyah (terbina) didalamnya. Jadi bisa
dikatan bahwa dalam proses Tarbiyah Jama’iyah ini harus ada orang yang
membina, dan orang yang terbina. Contohnya: pembinaan (tarbiyah) yang
dilakukan orang tua terhadap anaknya, guru terhadap muridnya, dsb.
Lalu
bagaimana dengan orang yang sudah dianggap dewasa (dianggap sudah tau
mana yang baik dan mana yang buruk), kemudian orang tua berlepas diri
dari memberikan pembinaan terhadap anaknya, atau anak yang sudah lulus
sekolah sehingga berlepas diri dari gurunya, apakah proses tarbiyah
cukup berhenti sampai disitu..??? Jawabannya tentu saja TIDAK..!!
Karena proses Tarbiyah itu sejatinya berlangsung seumur hidup
sebagaimana kewajiaban dalam mencari Ilmu yang harus terus berlangsung
hingga nafas terhenti.
“Lantas apa yang harus kita lakukan, saat
proses Tarbiyah Jama’iyah itu sudah tidak mungkin lagi dilaksanakan…??”
apa yang harus kita lakukan…???
“Tenang Guys.! Islam selalu punya solusi GRATIS untuk setiap permasalahan antum semuaaa, jadi Tak usah cemas begettu lah!!”
“ANDA
punya MASALAH..??,,,,,,ISLAM punya SOLUSI.” Dan salah satu solusi yang
ditawarkan Islam untuk permasalahan tadi, (kembali ke pembahasan ya!)
ialaah….jeng-jeeeeng..2x “TARBIYAH DZATIYAH”
“Heuh apa??... TARBIYAH DZATIYAH….?? What’s..…?!!”
“Hmmh..
yaaa mungkin sebagian dari kita masih asing dengan kata Tarbiyah
Dzatiyah,, tapi kagak usah kaya gitu juga kalee.. gak perlu mendadak
jadi bisa ngomong Inggris gitu deh.. da itu mah bahasa Arab bukan bahasa
Inggris wew!! Jadi gak usah lebay gitu deh!! Baca mah, baca we atuh.!!
( Nah loh..sebenernya yang lebay itu siapa sih..…yang baca, apa yang nulis ya..?!!) :p
He he..maaf ya pemirsa.. kembali lagi ke jalan yang benar… (Balik lagi ke pembahasan ya pemirsa..!! )
Tarbiyah
Dzatiyah itu adalah salah satu metode tarbyah juga, sama halnya dengan
Tarbiyah Jama’iyah. Hanya saja perbedaannya kalau Tarbiyah Jama’iyah
dilakukan secara berjama’ah, nah.. kalo Tarbiyah Dzatiyah mah dilakukan
secara munfarid (perorangan/individu). Menurut buku yang saya baca,
Tarbiyah Dzatiyah ialah tarbiyah (pembinaan) seseorang terhadap diri
sendiri, dengan proses pentarbiyahannya pun dilakukan oleh dirinya
sendiri.
“So.. singkatnya Tarbiyah Dzatiyah itu, ialah tarbiyah (pembinaan) yang dilakukan oleh Aku, kepada Aku, dan untuk Aku,”
Tarbiyah
Dzatiyah sangat wajib kita laksanakan, karena kalau bukan kita yang
mentarbiyah diri kita sendiri,SIAPA lagiIi (lihat QS.At-Taghabun:9)..???
Betul-betul-betul…??? Lagian kelak juga di akhirat kita di Hisabnya
masing-masing kan (Baca QS. Maryam:95)..?! gak rame-rame kaya
jalan-jalan ke Mall …?? Apalagi nanti di Akherat mah kagak ada tuh
istilah “nitip/pang nalangankeun heula” kalo beli Bakso sih puguh
bisa di pang nalangankeun heula (bari nantinya tuh kagak dibayar da
lupa, mau ditagih da ga enak nagihnya.akhirnya ya udah we lah Ikhlasin
aja.) tapi kalo HISAB Haaah… siapa yang mau nanggung..?? siapa yang mau
dititipi Hukuman…?? Wong dia aja kelabakan nyari pertolongan untuk
meringankan Hisabnya sendiri..!!
“iihh..Naudzubillah deh..ya Alloh… mudah-mudahan aku mah kagak nyampe deh diHisab di Akherat”
Nah
kagak mau kan diHisab di Akhirat..?! makannya yuk mulai dari sekarang
kita bareng-bareng Tarbiyah diri kita, agar dalam diri kita tertanam
kepribadian Islami yang paripurna dalam berbagai segi, baik dari segi
keIlmuan, keImanan, Akhlak, Sosial, dsb. Adapun langkah-langkah untuk
mentarbiyah diri diantaranya bisa dengan melakukan Muhasabah diri
(merenung) atas segala kelalaian dan keburukan yang telah kita lakukan,
selanjutnya sering-seringlah bertaubat minimalnya BerIstghfar, karena
sesungguhnya kita tidak akan pernah luput dari kehilafan dan kealfaan,
teruslah mencari Ilmu & perluas wawasan, libatkan diri dalam
aktifitas dakwah, berjihadlah di jalan Allah, serta lakukanlah segala
amal kebaikan dengan Niat hanya karena Allah ta’ala.
“semoga Allah tetap Teguhkan kita untuk tetap berjalan di jalan_Nya. Aamiin”
oleh : Cynthia J Rahayu K
0 comments:
Post a Comment